Selasa, 04 Desember 2012

Menjadi Negara Berswasembada

Sampai kapan Indonesia akan melakukan import sapi dadi Negara Kanguru? Apakah dengan SDA maupun SDM yang kita miliki sekarang, kita bisa meswasembada kebutuhan daging dalam dalam negri? Apakah arti swasembada sebenarnya? Kenaikan harga daging sapipada akhir tahun ini sedang mengguncang perekonomian negara Indonesia,merupakan salah satu dampak dari langkanya produk peternakan ini.Menurut Ditjennak, Laju permintaan daging sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi dalam negeri. Sehingga saat ini ketersediaan daging sapi nasional masih mengalami kekurangan, yang ditutup melalui impor sekitar 35% dari total kebutuhan daging sapi nasional Sebenarnya dengan tingkat SDA yang dimiliki saat ini, seharusnya Indonesia mampu melakukan swasembada daging bahkan pangan. Namun, kedala yang ditemui adalah, SDM yang kurang mumpuni, kualitas ternak yang tidak memenuhi, dan kebijakan yang kurang mendukung. Ada beberapa pengertian untuk mengartikan kata Swasembada, dalam web artikata.com disebutkan, Swasembada berarti mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri, sedangkan selama ini yang dicerna masyarakat adalah swasembada berarti dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri. Namun arti kata itulebih tepat dikatakan sebagai ketahanan, seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Priyo Bintoro, Msc.,yang merupakan Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian, UNDIP. Beliau mengartikan bahwa ketahanan adalah pemenuhan kebutuhan dengan tidak mempedulikan asal muasal bahan baku dari barang tersebut. Jadi, tidak harus Indonesia sendiri yang menghasilkan barang tersebut. Jika ini yang terjadi maka disebut “ketahanan”, bukan swasembada. Swasembada sebenarnya mempunyai tujuan positif, salah satunya untuk memotivasi rakyat Indonesia dalam memajukan bidang peternakan, bahwa masih banyak peluang usaha yang tersedia dalam bidang peternakan yang bisa digali. Terpentingnya adalah menciptakan ketahanan populasi ternak dan mengurangi kuantitas pemotongan sapi betina produktif, begitu kata Prof. Priyo. Dikutip dari sebuah situs surat kabar, menyebutkan bahwa kuota import sapi dari tahun 2011 menjelang akhir tahun 2012 meningkat hingga 253,24%, dalam situs itu menyebutkan bahwa pada tahun 2011 Indonesia mengimport bakalan sebanyak 2430 ekor, pada akhir tahun 2012 ini sudah tercatat 8356 ekor sapi yang diimport untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negri kita. Bahkan bukan hanya sapi bakalan maupun sapi siap potong yang diimport, daging siap konsumsi pun diimport. Malah rencananya tahun 2013, Presiden SBY akan menambah kouta import tersebut dan akan meminta pemerintah Australia untuk bekerjasama dalam menanamkan modal pada peternakan-peternakan di Indonesia. Menurut Ir. Bambang Sulistiyanto, M.Agr.Sc., Ph.D (PD III FPP, UNDIP), seharusnya mahasiswa lebih sensitif terhadap isu-isu yang dilontarkan oleh pemerintah tersebut, dalam artian, sebenarnya peluang usaha di bidang peternakan masih terbuka lebar dan permasalahan ini seharusnya juga menjadi pacuan untuk mahasiswa terus berkarya dalam bidang yang ditekuni. Banyak program yang diadakan pemerintah dan universitas untuk mengaplikasikan ilmu dan kegiatan mahasiswa, seperti PKM. Selain itu penelitian juga bisa menjadi ajang yang konkrit untuk membantu kemajuan bangsa ini, mungkin dalam hal ini kita dapat melakukan penelitian mengenai proporsi Swasembada yang tepat untuk Indonesia. Dari ide-ide yang diciptakan mahasiswa diharapkan dapat direalisasikan dan turut memperbaiki kehidupan masyarakat.Dan seharusnya kita sebagai Sarjana Peternakan juga ikut andil dalam memajukan peternakan Rakyat, sehingga peternakan rakyat kita dapat lebih maju dan harapannya dapat meningkatkan populasi ternak di negara kita. Dengan SDA yang kita miliki saat ini seharusnya kita dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri tanpa “daging campuran” dari negara kanguru. Namun pada kenyataannya, nihil. Kita tidak dapat memenuhi semua itu. Justru, pemenuhan daging saat ini sangat bergantung pada kerjasama dengan luar negri. Menurut pendapat Pak Dekan “jadi pemenuhan daging kita, sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar (maksudnya dari negara Australia, sebagai negara pengekspport daging terbesar di Indonesia).” Ujar beliau. Semoga dengan program Swasembada daging di tahun 2014 yang selama ini digembar-gemborkan oleh pemerintah, dengan hanya mengimport 10% dari kebutuhan daging dalam negri, dapat tercapai. Dan kerjasama dengan pemerintah Australia untuk menanamkan modal pada peternakan di Indonesia dapat memberi dampak positif dalam pemenuhan populasi ternak.